Sunday, November 4, 2012

Catching Feelings


            Matahari pagi sudah menyumbul dari ufuk timur. Cahayanya masuk melalui celah-celah jendela yang ada dikamarku. Mataku masih setengah terpejam, aku masih tertidur dan berusaha untuk mengumpulkan nyawa dalam keadaan setengah sadar.
“Justin, come on wake up, you almost late!” teriakan dari bawah itu membuatku mengerang. Dan dengan langkah gontai, aku akhirnya berhasil menuju kamaar mandi.
Setelah selesai mandi, aku mengganti pakaianku dengan celana jeans dan hoodie berwarna abu-abu. Aku berjalan menuju jendela kamarku, membukanya agar udara segar masuk. Benar saja, udara segar itu langsung menelusuk masuk dalam hidungku dan langsung menjalar kedalam kamar. Terlihat di sebrang sana, seorang gadis sedang melambaikan tangannya padaku kemudian ia bertanya ‘sudah siap?’ dan aku memberinya isyarat untuk sarapan lebih dulu. Ia mengangguk kemudian pergi. Dengan segera, setelah selesai memakai sneakers ku, aku langsung menuju ruang makan dan mengambil sepotong roti dengan selai favoritku, selai coklat.
“Mom, aku berangkat ya” pamitku pada mom lalu mencium kilat pipinya.
“hati-hati Justin” teriaknya hingga terdengar ke halaman rumah. Aku mengambil sepedaku di garasi. Di depan halaman rumah, gadis tadi sudah menunggu dengan senyumannya yang khas. Aku menghampirinya dengan sepedaku.
“kau sudah sarapan? Sudah siap?” tanyaku sambil melahap potongan roti terakhirku. Ia mengangguk sambil tersenyum. Dan tanpa kusadari, ia mendahuluiku dengan sepedanya.
“heey!! Sadie! Tunggu aku!!” teriakku kemudian dengan cepat mengejarnya.
“kejar aku kalau bisa!” balasnya berteriak diiringi tawanya.
            Ya, namanya Sadie Gonzalez. Gadis berambut blonde-strawberry dengan mata hitam legam indahnya, hidungnya mancung ala orang Spanish, karena memang ia blasteran Amerika-Spanyol, bibirnya mungil. Selalu menyunggingkan senyuman cantik yang setiap hari selalu kurindukan. Kami bersahabat sejak tujuh tahun lalu. Tahun pertama kami di mid-school, waktu itu aku anak pindahan dari Kanada. Aku pindah tepat disamping rumahnya, kamar kami bahkan bersebrangan. Jadi kami kebiasaan untuk mengobrol melalui jendela kamar.
            Dan perlahan aku mulai merasakan perasaan yang mengganjal semenjak itu. Semenjak lima tahun lalu. Perasaan dilema dan bimbang mulai menggerayungiku. Setelah dua tahun kami bersahabat. Waktu itu sedang musim dingin, aku mengajak Sadie untuk bermain ice skating di arena danau yang membeku dan licin tentunya, Sadie menyetujuinya jadi kami bermain pada sore harinya, entah aku yang tidak tahu atau kenapa, Sadie terpeleset dan langsung jatuh. Keadaannya lumayan parah waktu itu. Tubuhnya menggigil, giginya gemeretak, bibirnya mulai membiru. Dengan susah payah aku menggendongnya tapi menuju rumahku, biar momku dulu yang mengobatinya.
Mom menidurkannya di ranjang kamar tamu, sementara ia mengambil kompresan, aku menjaganya. Perasaan panik menggerayungiku saat itu, aku benar-benar ketakutan setengah mati ia kenapa-kenapa. Pertama aku takut kehilangan dia, kedua ini salahku mengajaknya untuk balapan.
“tak apa Justin, dia baik-baik saja, memang kau akan menjadi sangat khawatir pada seseorang yang kau cintai” katanya. Ada yang mengganjal saat itu, kalimat terakhirnya membuatku bimbang atas apa yang aku rasakan saat itu. Setelah kusadari, ini lebih dari rasa sayang biasa, ini lebih dari rasa seorang sahabat.
            Sampai saat ini aku dan Sadie belum pernah mempunyai kekasih, kami sama-sama menikmati status single dengan status persahabatan kami. Disatu sisi aku senang, dengan begitu aku selalu bisa menghabiskan waktuku dengannya, tapi disatu sisi justru aku takut, kesannya ini semua memberiku harapan kosong.
“Just, siang ini aku kerumahmu ya, orang tuaku bakal tak ada dirumah” katanya mengagetkanku, bahkan hanya ucapan seperti ini mampu membuat jantungku berdegup lebih kencang. “kenapa melihatku seperti itu? Aku tahu aku cantik Just?” damn, she realized that i’m looking at her. Kalimatnya diakhiri dengan tawa, tawa yang selalu mampu membuatku tersenyum. Ya, dia memang cantik. Aku tak bisa berkata apapun dan tak tahu harus berkata apa.
“yes, i know right” aku menambahkannya dengan tawa canggung.
The sun comes up on another morning
My mind never wakes up without you on it
And it's crazy to me, I even see you in my dreams
Is this meant to be? Could this be happening to me?
            Kutulis kata-kata itu dalam selembar kertas, awalnya aku akan melanjutkannya tapi kulipat kertas itu dan mengantongi pulpenku saat Sadie masuk menghampiriku di ruang makan. Kami memang sudah terbiasa menganggap rumah satu sama lain seperti rumah sendiri.
“hey Justin, hey tante” sapanya saat ia masuk kedalam ruang makan. Kami berdua membalasnya dengan senyuman.
“Sadie, silahkan duduk. Kita makan siang bersama” ucap mom yang memang sedang menyiapkan lunch untuk kami, daging panggang dengan saus kacang.
“aah wangi sekali tante, kelihatannya enak” Sadie mengenduskan hidungnya menghirup wangi daging yang dilumuri saus saat mom membawa dagingnya ke meja makan. Ekspresinya terlihat begitu senang saat menyambut makan-_-
“nah ayo makan” kata mom sambil duduk, lalu menyiapkan piring makan untuk Sadie, ia memang sejak dulu ingin anak perempuan, jadi beruntunglah aku bisa dekat dengannya.
            Kami makan sepuasnya hingga habis, Sadie makan dengan lahap, aku juga. Dan dia terlihat sangat cantik saat saus menetes dari dagunya, bahkan aku hampir tersedak. Kami semua selesai makan, mom mengajak kami untuk menonton film yang bergenre romantic, aku tak terlalu suka tapi ya, aku ikut saja. Kuakui adegan-adegan dalam film itu memang romantis, apalagi lelakinya yang selalu berlaku romantis, tapi aku bisa lebih dari itu. Berkali-kali Sadie dan mom ber-aw-ria saat melihat keromantisan lelaki itu.
“Hmmh... kapan ya aku punya pacar romantis seperti itu” Sadie berakting sedih seperti meratapi nasibnya, bukan berakting tapi kurasa itu memang ekspresi nyatanya.
“siapa yang tak mau dengan gadis cantik sepertimu Sadie?” mom menggodanya, membuat ia tertawa kecil sementara aku memutar bola mataku.
“tunggu sampai aku menyatakan cintaku” ucapku asal. Kelepasan!!!!
“haha Justin kau lucu, eh aku pulang tante, sepertinya mom sudah datang, terimakasih, bye Justin” pamitnya sambil menjulurkan lidahnya, aku suka melihat ekspresi cerianya. Akan indah jika kami tetap bersahabat, tapi aku tak bisa terus menerus memendam rasaku.
“kapan kau akan menyatakannya?” giliran mom menggodaku, ya kurasa dia memang sudah tahu apa yang kurasakan. “i don’t know” jawabku sambil berlalu menuju kamar. Kuambil kertas dan pulpen tadi yang kukantongi.
We were best of friends since we were this high
So why do I get nervous every time you walk by
We would be on the phone all day
Now I can't find the words to say to you
Now what I'm supposed to do

Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
            Aku rasa wajar anak seumuran kami merasakan yang namanya jatuh cinta, ya itu sangat wajar malah. Sekarang tinggal mencari timing dan keberanianku untuk menyatakan rasa itu padanya. Aku berjalan menuju jendela kamar, kulihat ia juga sedang duduk disana meghadap keluar, Sadie melambaikan tangan padaku lalu aku membalasnya.
Langkahku menuntunku menuju cermin, aku berdiri mematung disana. Sekarang bagaimana mempraktikkannya? ‘Hey Sadie, kau cantik, kau tahu aku menyimpan perasaan padamu sejak lima tahun lalu, maukah menjadi pacarku?’ konyol! Okay, let’s trying!
‘Hey Sadie, aku tahu ini terdengar gila, tapi aku mau menyatakan yang sebenarnya, jadi sebenarnya aku memiliki rasa yang berbeda sejak lima tahun lalu, sejak kejadian ice skating itu, aku rasa perasaanku sudah melebihi dari rasa seorang sahabat. Aku mencintaimu, okay tunggu! Aku tak mau merusak persahabatan kita, aku tak butuh jawaban’ well done, it was great! Sayangnya ak tahu aku akan gugup dihadapannya.
Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings

Should I tell her, how I really feel
Or should I moving closer just be still
How would I know?
Cause if I take a chance, and I touch her hand
Will everything change?
How do I know, if she feels the same?

Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
Catching feelings, catching feelings....
            Okay Justin kapan kau akan mengatakan padanyaaa?  Aku mengambil sebuah buku besar mungkin ukuran A4, kutuliskan sebuah kalimat diatas kertas putih itu “MEET ME IN THE POURING SNOW TOMORROW!” yang kutahu besok sabtu dan ramalannya besok akan ada hujan salju. Aku berjalan menuju jendela, Sadie masih disana memandangi setiap salju yang menjadi gundukan. Aku melambaikan tanganku dulu, barulah Sadie melihatku lalu ku tunjukkan kertas tadi, awalnya ia menaikkan alisnya pertanda ia kebingungan, namun tak lama ia mengangguk menyetujuinya.
Okay jadi malam ini aku bermain gitar sepuasnya, berusaha menghilangkan rasa nervous ku sepenuhnya, yang memenuhi pikiranku saat ini adalah Sadie Sadie dan Sadie.
Well malamnya aku insomnia, aku hanya bisa tidur tiga jam semalam dan sekarang aku sudah bersiap menyambut hujan salju. Setelah selesai mandi aku mengenakan tshirt berwarna abu yang dilapisi mantel tebal bertopi, juga dengan jeans favoritku. Tepat saat hujan salju, aku melihat Sadie berdiri didalam kamarnya, menghadapku, menanyakan ‘apakah harus sekarang?’ dan aku mengangguk.
Aku langsung turun dengan membawa gitarku.
“Mom wish me luck!” aku teriak saat menuju pintu depan, kuyakin ekspresinya kaget bercampur senang dan bangga-_-
            Kulihat Sadie sudah berdiri di perbatasan rumah kami, ia mengenakan mantel tebal berbulu, skinny jeans, boot, syal dan sarung tangan bertemakan santa claus, hadiah ulang tahunnya dariku tiga tahun lalu.
“Justin what will you doing?” tanyanya dengan ekspresi kebingungan, salju mulai turun, daripada tambah deras jadi kupikir aku harus memulainya sekarang, dengan hati berdegup kencang.
The sun comes up on another morning
My mind never wakes up without you on it
And it's crazy to me, I even see you in my dreams
Is this meant to be? Could this be happening to me?

We were best of friends since we were this high
So why do I get nervous every time you walk by
We would be on the phone all day
Now I can't find the words to say to you
Now what I'm supposed to do

Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings

In my head we're already together
I'm cool alone, but with you I'm better
I just wanna see you smile
You say the word and I'll be right there
I ain't never going nowhere

I'm just trying to see where this can take us
Cause everything about you girl is so contagious
I think I finally got it done
Now it's left to do now, lets get out the mirror
And say it to her

Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings

Should I tell her, how I really feel
Or should I moving closer just be still
How would I know?
Cause if I take a chance, and I touch her hand
Will everything change?
How do I know, if she feels the same?

Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
Catching feelings, catching feelings....

            Sadie memasang ekspresi bingungnya saat aku mengakhiri lagu, aku tahu dia kebingungan atas isi lagu yang kusampaikan tadi.
“Sadie, i know this sounds crazy, but i want you to know that i love you! I’ve been loving you since five years ago! It’s up to you if you wanna answer it or no! I love you Sadie!” aku setengah berteriak mencoba menerobos kencangnya angin. Dari ekspresi wajahnya aku tahu Sadie benar-benar tak menyangka atas semua ini. Mungkin setelah semua ini dia akan menjauh dariku atau apalah. Daripada berdiam disini –karena kupikir semuanya sudah selesai- jadi aku berjalan kembali menuju rumah, awalnya ia hanya diam tapi akhirnya Sadie menarik tanganku membuatku terbalik. Hal yang tak kuduga, Sadie langsung memelukku.
“now i know the reason why did i don’t have a boyfriend. That’s because of you! I just realized that you are the one in my mind and you are the one who makes me smile. I love you too” ucapan yang benar-benar tak kuduga itu keluar dari mulut Sadie, tanpa basa-basi aku langsung balas memeluknya. Akhirnya penantianku berbuah sempurna. I love you Sadie!

No comments:

Post a Comment