Saturday, November 10, 2012
Thursday, November 8, 2012
Moving On
some people think and they said it is easy to through the pain you have. but it's not as easy as they said. it's not about only how to letting him/her go but it's also how to not to come back to the past. the things that keep reminds you of the past is all those memories you've had. for the boy usually, this way is too much easy and i have no idea why, but for the girl especially who had been hurted, this is too hard to do. don't try too hard but don't ever look back too. here are some tips from me to moving on from your crush or the pain.
1. try to be opened. with this way, you might be meet and come closer with some girl/boy, so you can forget your crush at least for a while.
2. don't ever look back. you've lost something that not even yours, so keep thinking that you'll be have the god future and the good tomorrow.
3. keep yourself busy. you might be have some positive activities such as do a sports, music or anything else, even just to hanging out with your friends you can forget your crush.
4. don't stay up at night. stay up at night might be suddenly remind you of your crush so be careful if you're going to up at night, don't ever thinking over about your crush.
5. forget the memories. maybe this is the hardest thing to do. forget those memories is not as easy as they said. this means you have to not to going to the place that reminds you of your crush, or somewhere or do something reminds you of them. just no.
6. make it comfort. make the comfort situation whenever you at. in this part, you have to be comfortable with new friends that can keep you come closer.
7. think about his bad habits. yeah, with this way you have to think that he has a bad habit that maybe can hurt you. such as if he's too cold or something like he's like to fart and you gets irritated.
well this is too short but seriously, don't try too hard but don't look at back. this thing might be help you but i know this is still far away from the perfectness, lol. thanks
1. try to be opened. with this way, you might be meet and come closer with some girl/boy, so you can forget your crush at least for a while.
2. don't ever look back. you've lost something that not even yours, so keep thinking that you'll be have the god future and the good tomorrow.
3. keep yourself busy. you might be have some positive activities such as do a sports, music or anything else, even just to hanging out with your friends you can forget your crush.
4. don't stay up at night. stay up at night might be suddenly remind you of your crush so be careful if you're going to up at night, don't ever thinking over about your crush.
5. forget the memories. maybe this is the hardest thing to do. forget those memories is not as easy as they said. this means you have to not to going to the place that reminds you of your crush, or somewhere or do something reminds you of them. just no.
6. make it comfort. make the comfort situation whenever you at. in this part, you have to be comfortable with new friends that can keep you come closer.
7. think about his bad habits. yeah, with this way you have to think that he has a bad habit that maybe can hurt you. such as if he's too cold or something like he's like to fart and you gets irritated.
well this is too short but seriously, don't try too hard but don't look at back. this thing might be help you but i know this is still far away from the perfectness, lol. thanks
Facts and Myths about acne
ACNE MYTHS:
1) Acne is caused by certain foods you eat. This is a myth. Food does not cause acne. Scientists have been unable to find a substantial connection between diet and acne.
2) Sun exposure can help clear up acne. This is a myth.
Small amounts of sun exposure can initially improve acne, but
continuous exposure to the sun will actually clog up pores even more,
producing blackheads, white heads, and small pimples. So be sure to
always use sunscreen – and find a non-comedogenic (non-pore-clogging)
product if you are prone to getting acne.
3) Since acne is not a serious health threat, there is really no reason to treat it. This is a myth. Acne can significantly affect the way people feel about themselves, which can cause low self-esteem and even depression.
4) The more you wash your face each day, the greater chance you have that your acne will clear up quickly. This is a myth.
It is recommended that acne-prone skin be washed only 2 times per day
to remove any excess oil and dead skin cells. Too much washing can
irritate the skin and make matters worse. So wash twice a day, using a
gentle cleanser that is oil-free and water-based.
5) Excessively drying out the skin is the best way to prevent acne outbreaks. This is a myth.
You do not want your skin to be too dried out because skin can start to
peel and dead skin can build up, causing pores to clog. Excessive oil
can contribute to acne, but it is important that your skin has a certain
amount of moisture. That said, an important part of your skin regimen
is using a moisturizer that is non-comedogenic on a daily basis.
FACTS ABOUT ACNE:
1) It is not a good idea to pick or squeeze pimples and blemishes. This is a fact.
Picking or squeezing can cause infection and scarring. Most acne will
clear up on its own with having to resort to this. And if it doesn’t,
then see your doctor or dermatologist rather than resorting to pimple
popping.
2) Removing your make-up before going to bed and avoiding wearing any kinds of heavy make-up can help prevent acne from flaring up. This is a fact.
Powder cosmetics are recommended over cream products because they are
less irritating to the skin. And going to sleep with make-up on can clog
your pores. In addition, be sure to throw out old make-up and watch any
make-up brushes and applicators regularly with soapy water to help keep
your skin clear.
3) Being aware of what touches your skin is important in preventing acne from flaring up. This is a fact.
Keep your hair clean and off your face. Avoid resting your hands or
objects such as telephone receivers on your face. And remember that
tight-fitting clothes and hats can contribute to acne, especially if you
wear these items during workouts or activities where you will be
sweating.
4) It is important to shower as soon as possible after exercising or doing strenuous work to help keep acne in control. This is a fact. Oil and sweat on your skin can trap dirt and bacteria, which can then lead to acne flare-ups.
hope this can help you :)
source: http://www.teenhealthfx.com/
Sunday, November 4, 2012
Pedagang Asongan Itu Seorang Guru
Aku berjalan cepat menyusuri trotoar berjalan bersampingan dengan Dita-sahabat karibku- melangkah menuju halte bis. Hari sudah mulai sore dan kami masih memakai seragam putih abuku. Kami langsung duduk diatas bangku begitu sampai di halte. Beribu pikiran bertautan di otakku, mulai masalah rumah hingga di sekolah yang semuanya membuatku nyaris menyerah dan membenci hidup ini dan membenci semua orang. Seorang gadis kecil berpenampilan kusut berdiri dihadapanku dengan membawa kotak berisi banyak barang dagangan semacam rokok, permen dan lainnya. Gadis itu pedagang asongan.
“Kak, beli
minumnya kak?” katanya sambil menawariku dan Dita sebotol minuman.
“Gak de,
makasih” kataku singkat, terkesan sedikit jutek. Dita menoleh kearahku dengan
wajah memelasnya.
“Minumnya
kak? Atau permennya?” katanya lagi
“Key,
belilah kasian dia” kata Dita memohon.
“Gak ah Dit
gue gak haus, lagian bisnya udah datang tuh” kataku menunjuk bis yang
menghampiri kami, aku langsung menarik Dita masuk kedalam bis yang sesak dengan
penumpang.
Aku menghela
nafas beratku ketika kami duduk di kursi, mungkin ini hari keberuntungan,
biasanya kami tak dapat tempat duduk dan akhirnya berdiri. Dita duduk
disampingku, ia masih menatapku dengan tatapan melasnya. Memang Dita orangnya
gak tegaan kalau melihat anak kecil seperti itu.
“Udah ah
Dit, jangan kayak gitu. Palingan juga itu mah ada bosnya” kataku yang akhirnya
membuat Dita mengalihkan pandangannya.
“Ah, Keyna
mah jahat” katanya dengan nada merengek yang samar-samar bisa kudengar.
**
Sepulang ekskul karya ilmiah aku
langsung pulang sendirian, katanya Dita sakit demam hari ini, jadi terpaksa aku
berangkat dan pulang sendiri. Pertengkaran mama dan papa semalam masih
terngiang di benakku. Mengingat-ingat kejadian itu membuat sesuatu-ide yang
mungkin buruk- terlintas di benakku. Tak pulang ke rumah mungkin akan membuat
hal lebih baik, tapi aku tak benar-benar siap. Hal lain yang melintas adalah
berhenti sekolah dan mencari kerja, buat apa sekolah, toh aku sudah pintar
lagipula aku juga jago menguasai beberapa bahasa asing. Uang di tabunganku
menjadi salah satu faktor yang mendukungku untuk pergi dari rumah. Mungkin sekarang
adalah waktu yang tepat. Aku memutuskan untuk menunggu bis yang melaju ke arah
Jakarta Timur, dan aku pergi ke halte bis yang berbeda dari biasanya.
Gadis kecil
yang kemarin itu tiba-tiba muncul dihadapanku lagi.
“Kakak kok pulangnya kesini?” tanyanya polos
“Iya dik”
jawabku pendek.
“Loh kenapa
kak? Oh ya, kakak mau beli minumnya gak?” tanyanya lagi, air mukanya
menunjukkan kelelahan dan kepolosan, mungkin ia belum dapat uang hari ini.
“Dik, kamu
kenapa bekerja sih? Kamu gak punyaorang tua?” selidikku. Gadis itu tersenyum
manis sambil menunduk kebawah.
“Ibu sakit,
Ayah sudah pergi, aku punya tiga adik, kak” jawabnya sambil tersenyum, aku bisa
melihat kalau ini adalah senyum pedihnya.
“Nama kamu
siapa? Umurnya berapa? Kamu gak sekolah?” tanyaku bertubi.
“Aku Mita, umurku
sembilan tahun, sebenernya sih aku pengen sekolah kak” jawabnya.
“Coba kamu
sini” kataku sambil menepuk-nepuk bangku kosong disampingku, seonggok rasa
kasihan dan rasa ingin tahu menggerayungiku hinggaakhirnya aku memutuskan untuk
mendengarkan ceritanya.
Karena aku
anak tunggal, bisa dibilang aku di manja. Dulu waktu umurku sembilan tahun, aku
masih bisa merengek untuk dibelikan ini itu, bahkan sampai SMA sekarang pun aku
masih merengek dibelikan mobil sebagai kado ulang tahun.
“Aku
kasihan sama Ibu, sama adik-adik kalau mereka gak makan” katanya pelan. “Makannya
aku mending yang kerja” sambungnya mengakhiri cerita.
Mendengar cerita Mita sampai malam
begini membuatku sadar betapa kurang bersyukurnya aku. Aku masih punya orang
tua yang lengkap walaupun mereka hobi sekali bertengkar tapi aku mungkin tahu
bagaimana untuk mempersatukan mereka lagi. Aku tak perlu untuk bersusah payah
sampai mengorbankan sekolahku hanya untuk mendapat sepeser uang. Dan betapa
malunya aku disaat aku merengek meminta mobil, orang lain bahkan anak sekecil
inipun masih bertahan hidup demi sesuap nasi.
“Yaudah Mit, kakak beli minumnya nih” kataku
sambil menukar uang dan botol minuman yang diberikan Mita. “Gak apa-apa,
kembalinya buat kamu aja” sambungku begitu melihat Mita yang kaget saat aku
memberikan selembaran uang seratus ribu rupiah.
“Ati-ati
pulangnya ya, salam buat semua. Kapan-kapan kakak main ke rumah kamu ya” kataku
tersenyum sambil mengusap-usap kepalanya. Mita mengangguk riang dan ia langsung
berlari kecil menuju rumahnya dengan membawa uang yang sebenarnya tak seberapa.
Dari langkah-langkah
kecil itu aku belajar caranya menghargai hidup dan semua yang aku punya.
**
Change
Close your eyes, take a deep breath
Feel the breeze, notice the silence
Have you ever feel as peace as this?
Do realize the peaceful had gone?
Do you ever wonder where it was gone?
Now turn around
There are no more happy birds singing in the morning
Because there are only the loud sound of the exploded bomb
There are no more beautiful day
Because there are only the smoke of the cannon
And there are only the heartless people
The heartless people
Who have been killed many innocent children
The heartless people
Who have been burnt what had been built
The heartless people
Who don't have humanity
How? How could we return the peaceful
How could we stop the tears and this useless war?
Nobody knows how
But the answer kept in your heart
If maybe the born of us could make a change
Feel the breeze, notice the silence
Have you ever feel as peace as this?
Do realize the peaceful had gone?
Do you ever wonder where it was gone?
Now turn around
There are no more happy birds singing in the morning
Because there are only the loud sound of the exploded bomb
There are no more beautiful day
Because there are only the smoke of the cannon
And there are only the heartless people
The heartless people
Who have been killed many innocent children
The heartless people
Who have been burnt what had been built
The heartless people
Who don't have humanity
How? How could we return the peaceful
How could we stop the tears and this useless war?
Nobody knows how
But the answer kept in your heart
If maybe the born of us could make a change
Catching Feelings
Matahari
pagi sudah menyumbul dari ufuk timur. Cahayanya masuk melalui celah-celah
jendela yang ada dikamarku. Mataku masih setengah terpejam, aku masih tertidur
dan berusaha untuk mengumpulkan nyawa dalam keadaan setengah sadar.
“Justin,
come on wake up, you almost late!” teriakan dari bawah itu membuatku mengerang.
Dan dengan langkah gontai, aku akhirnya berhasil menuju kamaar mandi.
Setelah selesai mandi, aku
mengganti pakaianku dengan celana jeans dan hoodie berwarna abu-abu. Aku berjalan
menuju jendela kamarku, membukanya agar udara segar masuk. Benar saja, udara
segar itu langsung menelusuk masuk dalam hidungku dan langsung menjalar kedalam
kamar. Terlihat di sebrang sana, seorang gadis sedang melambaikan tangannya
padaku kemudian ia bertanya ‘sudah siap?’ dan aku memberinya isyarat untuk
sarapan lebih dulu. Ia mengangguk kemudian pergi. Dengan segera, setelah
selesai memakai sneakers ku, aku langsung menuju ruang makan dan mengambil
sepotong roti dengan selai favoritku, selai coklat.
“Mom, aku berangkat ya” pamitku
pada mom lalu mencium kilat pipinya.
“hati-hati Justin” teriaknya hingga
terdengar ke halaman rumah. Aku mengambil sepedaku di garasi. Di depan halaman
rumah, gadis tadi sudah menunggu dengan senyumannya yang khas. Aku menghampirinya
dengan sepedaku.
“kau sudah sarapan? Sudah siap?”
tanyaku sambil melahap potongan roti terakhirku. Ia mengangguk sambil
tersenyum. Dan tanpa kusadari, ia mendahuluiku dengan sepedanya.
“heey!! Sadie! Tunggu aku!!”
teriakku kemudian dengan cepat mengejarnya.
“kejar aku kalau bisa!” balasnya
berteriak diiringi tawanya.
Ya,
namanya Sadie Gonzalez. Gadis berambut blonde-strawberry dengan mata hitam
legam indahnya, hidungnya mancung ala orang Spanish, karena memang ia blasteran
Amerika-Spanyol, bibirnya mungil. Selalu menyunggingkan senyuman cantik yang
setiap hari selalu kurindukan. Kami bersahabat sejak tujuh tahun lalu. Tahun
pertama kami di mid-school, waktu itu aku anak pindahan dari Kanada. Aku pindah
tepat disamping rumahnya, kamar kami bahkan bersebrangan. Jadi kami kebiasaan
untuk mengobrol melalui jendela kamar.
Dan perlahan aku mulai merasakan
perasaan yang mengganjal semenjak itu. Semenjak lima tahun lalu. Perasaan
dilema dan bimbang mulai menggerayungiku. Setelah dua tahun kami bersahabat.
Waktu itu sedang musim dingin, aku mengajak Sadie untuk bermain ice skating di
arena danau yang membeku dan licin tentunya, Sadie menyetujuinya jadi kami
bermain pada sore harinya, entah aku yang tidak tahu atau kenapa, Sadie
terpeleset dan langsung jatuh. Keadaannya lumayan parah waktu itu. Tubuhnya
menggigil, giginya gemeretak, bibirnya mulai membiru. Dengan susah payah aku
menggendongnya tapi menuju rumahku, biar momku dulu yang mengobatinya.
Mom menidurkannya di ranjang kamar tamu, sementara ia mengambil
kompresan, aku menjaganya. Perasaan panik menggerayungiku saat itu, aku
benar-benar ketakutan setengah mati ia kenapa-kenapa. Pertama aku takut
kehilangan dia, kedua ini salahku mengajaknya untuk balapan.
“tak apa Justin, dia baik-baik saja, memang kau akan menjadi
sangat khawatir pada seseorang yang kau cintai” katanya. Ada yang mengganjal
saat itu, kalimat terakhirnya membuatku bimbang atas apa yang aku rasakan saat
itu. Setelah kusadari, ini lebih dari rasa sayang biasa, ini lebih dari rasa
seorang sahabat.
Sampai saat
ini aku dan Sadie belum pernah mempunyai kekasih, kami sama-sama menikmati
status single dengan status persahabatan kami. Disatu sisi aku senang, dengan
begitu aku selalu bisa menghabiskan waktuku dengannya, tapi disatu sisi justru
aku takut, kesannya ini semua memberiku harapan kosong.
“Just, siang ini aku kerumahmu ya, orang tuaku bakal tak ada
dirumah” katanya mengagetkanku, bahkan hanya ucapan seperti ini mampu membuat
jantungku berdegup lebih kencang. “kenapa melihatku seperti itu? Aku tahu aku
cantik Just?” damn, she realized that i’m looking at her. Kalimatnya diakhiri
dengan tawa, tawa yang selalu mampu membuatku tersenyum. Ya, dia memang cantik.
Aku tak bisa berkata apapun dan tak tahu harus berkata apa.
“yes, i know right” aku menambahkannya dengan tawa canggung.
The sun comes up on another morning
My mind never wakes up without you on it
And it's crazy to me, I even see you in my dreams
Is this
meant to be? Could this be happening to me?
Kutulis
kata-kata itu dalam selembar kertas, awalnya aku akan melanjutkannya tapi
kulipat kertas itu dan mengantongi pulpenku saat Sadie masuk menghampiriku di
ruang makan. Kami memang sudah terbiasa menganggap rumah satu sama lain seperti
rumah sendiri.
“hey Justin, hey tante” sapanya saat ia masuk kedalam ruang
makan. Kami berdua membalasnya dengan senyuman.
“Sadie, silahkan duduk. Kita makan siang bersama” ucap mom
yang memang sedang menyiapkan lunch untuk kami, daging panggang dengan saus
kacang.
“aah wangi sekali tante, kelihatannya enak” Sadie
mengenduskan hidungnya menghirup wangi daging yang dilumuri saus saat mom
membawa dagingnya ke meja makan. Ekspresinya terlihat begitu senang saat
menyambut makan-_-
“nah ayo makan” kata mom sambil duduk, lalu menyiapkan piring
makan untuk Sadie, ia memang sejak dulu ingin anak perempuan, jadi beruntunglah
aku bisa dekat dengannya.
Kami makan
sepuasnya hingga habis, Sadie makan dengan lahap, aku juga. Dan dia terlihat
sangat cantik saat saus menetes dari dagunya, bahkan aku hampir tersedak. Kami
semua selesai makan, mom mengajak kami untuk menonton film yang bergenre
romantic, aku tak terlalu suka tapi ya, aku ikut saja. Kuakui adegan-adegan
dalam film itu memang romantis, apalagi lelakinya yang selalu berlaku romantis,
tapi aku bisa lebih dari itu. Berkali-kali Sadie dan mom ber-aw-ria saat
melihat keromantisan lelaki itu.
“Hmmh... kapan ya aku punya pacar romantis seperti itu” Sadie
berakting sedih seperti meratapi nasibnya, bukan berakting tapi kurasa itu
memang ekspresi nyatanya.
“siapa yang tak mau dengan gadis cantik sepertimu Sadie?” mom
menggodanya, membuat ia tertawa kecil sementara aku memutar bola mataku.
“tunggu sampai aku menyatakan cintaku” ucapku asal.
Kelepasan!!!!
“haha Justin kau lucu, eh aku pulang tante, sepertinya mom
sudah datang, terimakasih, bye Justin” pamitnya sambil menjulurkan lidahnya,
aku suka melihat ekspresi cerianya. Akan indah jika kami tetap bersahabat, tapi
aku tak bisa terus menerus memendam rasaku.
“kapan kau akan menyatakannya?” giliran mom menggodaku, ya
kurasa dia memang sudah tahu apa yang kurasakan. “i don’t know” jawabku sambil
berlalu menuju kamar. Kuambil kertas dan pulpen tadi yang kukantongi.
We were best of friends since we were this high
So why do I get nervous every time you walk by
We would be on the phone all day
Now I can't find the words to say to you
Now what I'm supposed to do
Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
Aku rasa wajar anak seumuran kami
merasakan yang namanya jatuh cinta, ya itu sangat wajar malah. Sekarang tinggal
mencari timing dan keberanianku untuk menyatakan rasa itu padanya. Aku berjalan
menuju jendela kamar, kulihat ia juga sedang duduk disana meghadap keluar,
Sadie melambaikan tangan padaku lalu aku membalasnya.
Langkahku
menuntunku menuju cermin, aku berdiri mematung disana. Sekarang bagaimana
mempraktikkannya? ‘Hey Sadie, kau cantik, kau tahu aku menyimpan perasaan
padamu sejak lima tahun lalu, maukah menjadi pacarku?’ konyol! Okay, let’s
trying!
‘Hey Sadie, aku tahu ini terdengar gila, tapi aku mau
menyatakan yang sebenarnya, jadi sebenarnya aku memiliki rasa yang berbeda sejak
lima tahun lalu, sejak kejadian ice skating itu, aku rasa perasaanku sudah
melebihi dari rasa seorang sahabat. Aku mencintaimu, okay tunggu! Aku tak mau
merusak persahabatan kita, aku tak butuh jawaban’ well done, it was great!
Sayangnya ak tahu aku akan gugup dihadapannya.
Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
Should I tell her, how I really feel
Or should I moving closer just be still
How would I know?
Cause if I take a chance, and I touch her hand
Will everything change?
How do I know, if she feels the same?
Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
Catching
feelings, catching feelings....
Okay Justin kapan kau akan
mengatakan padanyaaa? Aku mengambil
sebuah buku besar mungkin ukuran A4, kutuliskan sebuah kalimat diatas kertas
putih itu “MEET ME IN THE POURING SNOW TOMORROW!” yang kutahu besok sabtu dan
ramalannya besok akan ada hujan salju. Aku berjalan menuju jendela, Sadie masih
disana memandangi setiap salju yang menjadi gundukan. Aku melambaikan tanganku
dulu, barulah Sadie melihatku lalu ku tunjukkan kertas tadi, awalnya ia
menaikkan alisnya pertanda ia kebingungan, namun tak lama ia mengangguk
menyetujuinya.
Okay jadi
malam ini aku bermain gitar sepuasnya, berusaha menghilangkan rasa nervous ku
sepenuhnya, yang memenuhi pikiranku saat ini adalah Sadie Sadie dan Sadie.
Well
malamnya aku insomnia, aku hanya bisa tidur tiga jam semalam dan sekarang aku
sudah bersiap menyambut hujan salju. Setelah selesai mandi aku mengenakan
tshirt berwarna abu yang dilapisi mantel tebal bertopi, juga dengan jeans
favoritku. Tepat saat hujan salju, aku melihat Sadie berdiri didalam kamarnya,
menghadapku, menanyakan ‘apakah harus sekarang?’ dan aku mengangguk.
Aku
langsung turun dengan membawa gitarku.
“Mom wish
me luck!” aku teriak saat menuju pintu depan, kuyakin ekspresinya kaget
bercampur senang dan bangga-_-
Kulihat Sadie sudah berdiri di
perbatasan rumah kami, ia mengenakan mantel tebal berbulu, skinny jeans, boot,
syal dan sarung tangan bertemakan santa claus, hadiah ulang tahunnya dariku
tiga tahun lalu.
“Justin what will you doing?” tanyanya dengan ekspresi
kebingungan, salju mulai turun, daripada tambah deras jadi kupikir aku harus
memulainya sekarang, dengan hati berdegup kencang.
The sun comes up on another morning
My mind never wakes up without you on it
And it's crazy to me, I even see you in my dreams
Is this meant to be? Could this be happening to me?
We were best of friends since we were this high
So why do I get nervous every time you walk by
We would be on the phone all day
Now I can't find the words to say to you
Now what I'm supposed to do
Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
In my head we're already together
I'm cool alone, but with you I'm better
I just wanna see you smile
You say the word and I'll be right there
I ain't never going nowhere
I'm just trying to see where this can take us
Cause everything about you girl is so contagious
I think I finally got it done
Now it's left to do now, lets get out the mirror
And say it to her
Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
Should I tell her, how I really feel
Or should I moving closer just be still
How would I know?
Cause if I take a chance, and I touch her hand
Will everything change?
How do I know, if she feels the same?
Could there be a possibility
I'm trying to say what's up
Cause I'm made for you, and you for me
Baby now is time for us
Shall I give it all together
But enough is enough
They say we're too young for love
But I'm catching feelings, catching feelings
Catching feelings, catching feelings....
Sadie memasang ekspresi bingungnya
saat aku mengakhiri lagu, aku tahu dia kebingungan atas isi lagu yang
kusampaikan tadi.
“Sadie, i
know this sounds crazy, but i want you to know that i love you! I’ve been
loving you since five years ago! It’s up to you if you wanna answer it or no! I
love you Sadie!” aku setengah berteriak mencoba menerobos kencangnya angin.
Dari ekspresi wajahnya aku tahu Sadie benar-benar tak menyangka atas semua ini.
Mungkin setelah semua ini dia akan menjauh dariku atau apalah. Daripada berdiam
disini –karena kupikir semuanya sudah selesai- jadi aku berjalan kembali menuju
rumah, awalnya ia hanya diam tapi akhirnya Sadie menarik tanganku membuatku
terbalik. Hal yang tak kuduga, Sadie langsung memelukku.
“now i know
the reason why did i don’t have a boyfriend. That’s because of you! I just
realized that you are the one in my mind and you are the one who makes me
smile. I love you too” ucapan yang benar-benar tak kuduga itu keluar dari mulut
Sadie, tanpa basa-basi aku langsung balas memeluknya. Akhirnya penantianku
berbuah sempurna. I love you Sadie!
Subscribe to:
Posts (Atom)